Salam Dunia Pendidikan.......
KONSENTRASI DAN KECEPATAN REAKSI
Untuk reaksi: aA + bB ® mM + nN
maka kecepatan reaksinya adalah:
1 (dA) | 1 d(B) | 1 d(M) | 1 d(N) | |
V = - | ------- = - | ------- = + | -------- = + | ---------- |
a dt | b dt | m dt | n dt |
- 1/a . d(A) /dt | = rA | = kecepatan reaksi zat A = pengurangan konsentrasi zat A per satuan wakru. |
- 1/b . d(B) /dt | = rB | = kecepatan reaksi zat B = pengurangan konsentrasi zat B per satuan waktu. |
- 1/m . d(M) /dt | = rM | = kecepatan reaksi zat M = penambahan konsentrasi zat M per satuan waktu. |
- 1/n . d(N) /dt | = rN | = kecepatan reaksi zat N = penambahan konsentrasi zat N per satuan waktu. |
Secara umum kecepatan reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut:
V = k(A) x (B) y
dimana:
V = kecepatan reaksi
k = tetapan laju reaksi
x = orde reaksi terhadap zat A
y = orde reaksi terhadap zat B
(x + y) adalah orde reaksi keseluruhan
(A) dan (B) adalah konsentrasi zat pereaksi.
ORDE REAKSI
Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan dari persamaan reaksi tetapi hanya dapat ditentukan berdasarkan percobaan.
Suatu reaksi yang diturunkan secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi :
v = k (A) (B) 2
persamaan tersebut mengandung pengertian reaksi orde 1 terhadap zat A dan merupakan reaksi orde 2 terhadap zat B. Secara keselurahan reaksi tersebut adalah reaksi orde 3.
Contoh soal:
Dari reaksi 2NO(g) + Br2(g) ® 2NOBr(g)
dibuat percobaan dan diperoleh data sebagai berikut:
No. | (NO) mol/l | (Br2) mol/l | Kecepatan
Reaksi mol / 1 / detik |
1. | 0.1 | 0.1 | 12 |
2. | 0.1 | 0.2 | 24 |
3. | 0.1 | 0.3 | 36 |
4. | 0.2 | 0.1 | 48 |
5. | 0.3 | 0.1 | 108 |
a. Tentukan orde reaksinya !
b. Tentukan harga k (tetapan laju reaksi) !
Jawab:
a. |
Pertama-tama kita misalkan rumus kecepatan reaksinya adalah
V = k(NO)x(Br2)y : jadi
kita harus mencari nilai x den y. Untuk menentukan nilai x maka kita ambil data dimana konsentrasi terhadap Br2 tidak berubah, yaitu data (1) dan (4). Dari data ini terlihat konsentrasi NO naik 2 kali sedangkan kecepatan reaksinya naik 4 kali maka : 2x = 4 ® x = 2 (reaksi orde 2 terhadap NO) Untuk menentukan nilai y maka kita ambil data dimana konsentrasi terhadap NO tidak berubah yaitu data (1) dan (2). Dari data ini terlihat konsentrasi Br2 naik 2 kali, sedangkan kecepatan reaksinya naik 2 kali, maka : 2y = 2 ® y = 1 (reaksi orde 1 terhadap Br2) Jadi rumus kecepatan reaksinya : V = k(NO)2(Br2) (reaksi orde 3) |
b. | Untuk
menentukan nilai k cukup kita ambil salah satu data percobaan
saja misalnya data (1), maka: V = k(NO)2(Br2) 12 = k(0.1)2(0.1) k = 12 x 103 mol-212det-1 |
TEORI TUMBUKAN DAN KEADAAN TRANSISI
TEORI TUMBUKAN INI TERNYATA MEMILIKI BEBERAPA KELEMAHAN, ANTARA LAIN :
- | tidak
semua tumbukan menghasilkan reaksi sebab ada energi tertentu
yang harus dilewati (disebut energi aktivasi = energi pengaktifan)
untak dapat menghasilkan reaksi. Reaksi hanya akan terjadi
bila energi tumbukannya lebih besar atau sama dengan energi
pengaktifan (Ea). |
- | molekul yang lebih rumit struktur ruangnya menghasilkan tumbukan yang tidak sama jumlahnya dibandingkan dengan molekul yang sederhana struktur ruangnya. |
A + B ® T* --> C + D
dimana:
- A dan B adalah molekul-molekul pereaksi
- T* adalah molekul dalam keadaan transisi
- C dan D adalah molekul-molekul hasil reaksi
SECARA DIAGRAM KEADAAN TRANSISI INI DAPAT DINYATAKAN SESUAI KURVA BERIKUT

Dari diagram terlibat bahwa energi pengaktifan (Ea) merupakan energi keadaan awal sampai dengan energi keadaan transisi. Hal tersebut berarti bahwa molekul-molekul pereaksi harus memiliki energi paling sedikit sebesar energi pengaktifan (Ea) agar dapat mencapai keadaan transisi (T*) dan kemudian menjadi hasil reaksi (C + D).
Catatan :
energi pengaktifan (= energi aktivasi) adalah jumlah energi minimum yang dibutuhkan oleh molekul-molekul pereaksi agar dapat melangsungkan reaksi.
TAHAP MENUJU KECEPATAN REAKSI
Dalam
suatu reaksi kimia berlangsungnya suatu reaksi dari keadaan semula
(awal) sampai keadaan akhir diperkirakan melalui beberapa tahap
reaksi.
Contoh: 4 HBr(g) + O2(g) ®
2 H2O(g) + 2 Br2(g)
Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa tiap 1 molekul O2
bereaksi dengan 4 molekul HBr. Suatu reaksi baru dapat berlangsung
apabila ada tumbukan yang berhasil antara molekul-molekul yang
bereaksi. Tumbukan sekaligus antara 4 molekul HBr dengan 1 molekul
O2 kecil sekali kemungkinannya untuk berhasil. Tumbukan
yang mungkin berhasil adalah tumbukan antara 2 molekul yaitu 1
molekul HBr dengan 1 molekul O2. Hal ini berarti reaksi
di atas harus berlangsung dalam beberapa tahap dan diperkirakan
tahap-tahapnya adalah :
Tahap 1: | HBr + O2 | ® HOOBr | (lambat) |
Tahap 2: | HBr + HOOBr | ® 2HOBr | (cepat) |
Tahap 3: | (HBr + HOBr | ® H2O + Br2) x 2 | (cepat) |
------------------------------------------------------ + | |||
4 HBr + O2 | --> 2H2O + 2 Br2 |
Dari contoh di atas ternyata secara eksperimen kecepatan berlangsungnya
reaksi tersebut ditentukan oleh kecepatan reaksi pembentukan HOOBr
yaitu reaksi yang berlangsungnya paling lambat.
Rangkaian
tahap-tahap reaksi dalam suatu reaksi disebut "mekanisme
reaksi" dan kecepatan berlangsungnya reaksi keselurahan ditentukan
oleh reaksi yang paling lambat dalam mekanisme reaksi.
Oleh karena itu, tahap ini disebut tahap penentu kecepatan
reaksi.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN REAKSI
Beberapa
faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi antara lain konsentrasi,
sifat zat yang bereaksi, suhu dan katalisator.
A.
KONSENTRASI
Dari berbagai percobaan menunjukkan bahwa makin besar konsentrasi
zat-zat yang bereaksi makin cepat reaksinya berlangsung. Makin
besar konsentrasi makin banyak zat-zat yang bereaksi sehingga
makinbesar kemungkinan terjadinya tumbukan dengan demikian makin
besar pula kemungkinan terjadinya reaksi.
B.
SIFAT ZAT YANG BEREAKSI
Sifat
mudah sukarnya suatu zat bereaksi akan menentukan kecepatan berlangsungnya
reaksi.
Secara
umum dinyatakan bahwa:
- | Reaksi
antara senyawa ion umumnya berlangsung cepat. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara ion-ion yang muatannya berlawanan. Contoh: Ca2+(aq) + CO32+(aq) ® CaCO3(s) Reaksi ini berlangsung dengan cepat. |
- | Reaksi
antara senyawa kovalen umumnya berlangsung lambat. Hal ini disebabkan karena untuk berlangsungnya reaksi tersebut dibutuhkan energi untuk memutuskan ikatan-ikatan kovalen yang terdapat dalam molekul zat yang bereaksi. Contoh: CH4(g) + Cl2(g) ® CH3Cl(g) + HCl(g) Reaksi ini berjalan lambat reaksinya dapat dipercepat apabila diberi energi misalnya cahaya matahari. |
C.
SUHU
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan.
Dengan menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat
yang bereaksi akan bertambah sehingga akan lebih banyak molekul
yang memiliki energi sama atau lebih besar dari Ea.
Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai keadaan
transisi atau dengan kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih
besar. Secara matematis hubungan antara nilai tetapan laju
reaksi (k) terhadap suhu dinyatakan oleh formulasi ARRHENIUS:
k
= A . e-E/RT
|
dimana:
k : tetapan laju reaksi
A : tetapan Arrhenius yang harganya khas untuk setiap reaksi
E : energi pengaktifan
R : tetapan gas universal = 0.0821.atm/moloK = 8.314 joule/moloK
T : suhu reaksi (oK)
k : tetapan laju reaksi
A : tetapan Arrhenius yang harganya khas untuk setiap reaksi
E : energi pengaktifan
R : tetapan gas universal = 0.0821.atm/moloK = 8.314 joule/moloK
T : suhu reaksi (oK)
D.
KATALISATOR
Katalisator
adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud
memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat
dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen,
dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali
dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.
Fungsi
katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat
reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu
reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya
energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung
lebih cepat.
Semoga Bermanfaat......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar